Hikmah Mempelajari Renaissance, Menghendaki Manusia yang Bebas dan Tidak Dibelenggu oleh Dogma

Renaissance merupakan masa transisi yang mengakhiri masa Abad Tengah dan mengawali masa modern, meliputi masa Abad XV dan XVI. Pada zaman Renaissance, walaupun manusia hidup bebas dalam menentukan corak hidupnya dan tidak terikat lagi oleh doktrin agama dari gereja, namun tidak berarti keimanannya tipis atau tidak menghargai agama dalam kehidupannya.

Pada masa ini, muncul kembali penghargaan tinggi kepada akal pikiran manusia. Pikiran atau otak manusia adalah unsur yang penting dalam kehidupan manusia, oleh karenanya pikiran manusia tidaklah dapat dibelenggu baik oleh kekuasaan ataupun kekuasaan serta agama ataupun negara.

Baca Juga: Pemikiran pada Masa Pencerahan (Aufklarung) Menyebabkan Revolusi Prancis?


lukisan Raphael bertajuk School of Athens. (britannica.com)

Hikmah yang dapat dipelajari dalam mempelajari Renaissance tertuang dalam Gerakan Renaissance yang memiliki tiga sasaran atau yang sering dislogankan dengan Liberasi, Otonomi, dan Emansipasi. Dalam Liberasi, kita akan mengetahui bahwa gerakan Renaissance menghendaki munculnya kembali manusia yang bebas, yang tidak dibatasi dan dibelenggu lagi oleh dogma atau gereja. Dalam Otonomi, kita dapat mempelajari bahwa gerakan Renaissance menghendaki kebebasan yang bersifat otonom, terutama dalam merumuskan norma-normanya sendiri dalam bermasyarakat dan berkebudayaan. Sementara, dalam Emansipasi, kita diajarkan bahwa gerakan Renaissance menghendaki munculnya manusia yang bebas dan mandiri dalam mengembangkan pengetahuan dan mencari kebenaran dengan tidak bergantung dan ditentukan oleh otoritas baik gereja maupun negara.

Arah dan perkembangan zaman Renaissance merujuk kepada suatu kenyataan bahwa peranan ilmu kodrat dan ilmu negara ternyata lebih besar dalam penentuan perkembangan pemikiran filsafati pada abad-abad selanjutnya. Pandangan baru ini mengajarkan bahwa manusia harus bisa memanfaatkan alam di mana ia berada. Ini berarti pemikiran pada zaman Renaissance memberikan pandangan baru terhadap nilai-nilai pemikiran filsafat Yunani Kuno dan adanya perhatian khusus terhadap alam di mana manusia berada, serta mempunyai perhatian terhadap masyarakat di mana manusia hidup dan berhadapan dengan kekuasaan-kekuasaan yang ada dalam masyarakat.

Baca Juga: Menurut Pemikiran Empirisme, Satu-Satunya Sumber Pengetahuan Manusia adalah Pancaindra?



Referensi:
Mulyono dan Slamet Subeki. (2019). Sejarah Pemikiran Modern. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.