UTM Hari Pertama Rasanya Nano-Nano, Sempat Ditegur Pengawas!

Halo, kawan UT! Bagaimana Ujian Tatap Muka (UTM) kalian hari ini? Saya rasanya nano-nano karena banyak kejadian di hari pertama UAS. Bukan karena apes, memang karena keadaan yang demikian sehingga terjadilah momen kurang mengenakan ini. Haha... Well, apa yang sebenarnya terjadi? Mari kita eksekusi!

Beberapa hari sebelumnya, saya dan teman saya janjian untuk menghadiri undangan pernikahan teman yang berinisial I. Lho, kok jadi kondangan? Tenang-tenang, karena kejadiannya saling berkaitan. So, mari kita lanjut!

Nah, saya menghampiri teman pukul 09:17. Di sini cukup lama karena dia diamanahi untuk membeli sayuran oleh ibu mertuanya. Di sisi lain, dia juga menunggu ibunya pulang, yang tengah mengambil raport kedua adiknya. Alhasil, kita berangkat pukul 10 lebih dan menuju ke rumah teman kami yang satunya. Oke, sampai di tempat yang dituju.

Baru beberapa menit duduk, rasanya sudah menjelang pukul 11 saja. Kami masih asyik mengobrol satu sama lain. Tanya kabar dan bercerita tentang kehidupan masing-masing. Tidak disangka-sangka, besan dari pihak laki-laki datang. Otomatis, kami pun sungkan untuk mengambil prasmanan. Ditunggulah sampai selesai acara sambutan dan sebagainya. Bahkan, kami sampai berdesak-desakan karena waktu sudah semakin siang, jika kelamaan berdiam diri, nanti acara yang lain tidak keburu.

Baca Juga: Pengalaman Wisuda di UTCC Bareng Rombongan UPBJJ-UT Semarang

Pukul 12:00, kami bergegas untuk pulang, menyalami kedua pengantin dan tidak lupa mengambil dua sampai tiga foto. Kejadian tidak terduga muncul, benar saja, ban motor saya bocor. Lantas, saya ditawari untuk memompa ban oleh tetangga teman kami yang menikah tadi. Tidak hanya sekali, saya pun kembali memompa kala sampai di rumah teman.

Layar gawai saya menunjukkan pukul 12:12. Waduh, saya kalang kabut karena harus mengikuti UAS pukul 12:45—14:15. Sesampainya di rumah pukul 12:20, saya bergegas untuk mandi. Hanya memakai lip tint agar tidak terlihat pucat. Sing penting gage-gage ben ora tambah telat. Beruntung, motor mbak saya nganggur. Saya pun langsung tancap gas ke rumah mbak menaiki sepeda dengan memakai helm.

Entah berapa menit sampai di tempat lokasi UAS yang jaraknya sekitar 8 km, saya berlari dari parkiran menuju ke ruang 11. Kesalahan saya adalah tidak membaca denah lokasi terlebih dahulu, alhasil saya berlari ke sana ke mari. Kalian tahu tidak? Ruang 11 ternyata sudah saya lewati. Haha... Posisinya berada di koridor, itulah mengapa saya tidak langsung melihatnya. Perkara terlambat membuat orang jadi panik dan linglung, ya?



Kala itu, di depan ruang 11 ada seorang mahasiswi yang sedang belajar, saya sok-sokan bertanya sembari menyiapkan alat tulis, kartu mahasiswa, dan Kartu Tanda Peserta Ujian (KTPU).

"Mbak, jam berapa, ya?"

"Jam 13:05," jawab mbaknya sambil melihat gawai.

Lalu, saya memasuki ruangan dan mengucap salam, meletakkan tas, dan berjalan menuju ke bangku No.4. Saat saya ingin memastikan bahwa bangku tersebut adalah tempat duduk saya, sang pengawas langsung nyeletuk,

"Mbak, kok gak izin sama saya?"

“Waduh, saya salah, seharusnya langsung nyamperin pengawasnya tadi,” ucap batin saya.

Kala itu, sang pengawas sedang memintai tanda tangan para mahasiswa. Itulah mengapa saya sungkan jika ingin menyela. Namun, jika saya langsung duduk, salah juga karena sudah terlambat, ditambah juga tidak menunjukkan tata krama. Oke, perkara selesai usai meminta izin pengawas.

Sebisa mungkin, pikiran saya saya ajak kompromi supaya tenang dan fokus mengerjakan soal di kala sudah tertinggal sekitar 20 menit dan gerah pol hasil lari-larian tadi.

Soal demi soal saya kerjakan dengan teliti. Ternyata belum usai, materi yang benar-benar saya pelajari tidak keluar dalam soal UAS, dan materi yang keluar dalam soal UAS cukup asing bagi saya. Ibaratnya sudah membaca modul, tapi hanya dibaca kemudian lupa. Saya percaya bahwa terlambat itu bisa membuat otak jadi blank, seolah buku yang dibaca percuma karena tidak tertanam dalam pikiran.

Baca Juga: Pengalaman Membuat Karil Sastra Inggris di Universitas Terbuka, Sulit Gak Sih?

UTM hari pertama saya adalah English Morpho-Syntax. Butir soal berjumlah 30 dengan modus pilihan ganda. Saya kira, tadinya akan berjumlah 40 atau 50 butir soal. Waktu menunjukkan pukul 14:00. Saya sudah selesai mengerjakan UAS dan sisa waktu 15 menit saya gunakan sebaik mungkin untuk kembali membaca soal dan memeriksa jawaban. Syukurlah, saya bisa tenang meskipun hanya tinggal saya dan pengawas yang berada di dalam ruangan. Tepat pada bel 5 menit sebelum waktu ujian selesai, saya mengumpulkan lembar soal dan jawaban ke meja pengawas.

Karena jadwal UTM saya hanya satu mata kuliah, setelah itu saya beristirahat 30 menitan. Seketika saya teringat bahwa saya tidak membawa dompet. Beruntung uang Rp24.000 di dalam tas kondangan tadi saya masukan ke dalam saku celana. Jika tidak, tamatlah riwayat saya karena bensin pun sudah di huruf E alias emergency.

Sebelum pulang, saya mampir di depan SMK tempat saya menimba ilmu dulu. Seplastik pop ice seharga Rp2.500 dan batagor goreng seharga Rp5.000 cukup untuk mengganjal perut. Lumayan, sisa uang bisa untuk membeli bensin.



Begitulah UTM hari pertama saya yang rasanya sangat nano-nano. Saya banyak belajar dari kejadian tersebut. Pertama, siapkan barang yang dibutuhkan untuk UAS, baik kebutuhan alat tulis maupun uang, dan pastikan bahwa barang-barang tersebut sudah berada di dalam tas. Kedua, meskipun terlambat, jangan panik dan tetap fokus menggarap soal dengan tenang. Ketiga, junjung tinggi tata krama, jangan sampai dicap tidak menghargai atau menghormati orang lain. Terakhir, pahami semua materi yang ada di modul secara merata karena jika terlalu berasumsi bahwa materi yang akan muncul di soal UAS, misalnya tentang A, B, atau C, yang ternyata tidak muncul di soal UAS, diri sendiri akan rugi.