Salah satu gagasan utama dari paham idealisme Georg Wilhelm Friedrich Hegel adalah pandangan tentang dialektika roh. Pandangan ini menganggap bahwa roh sebagai hakikat terdalam dari realitas selalu meningkatkan diri, tahap demi tahap menuju pada 'Yang Absolut'. Pandangan ini menjadi inti dari pandangan idealisme Hegel yang pada akhirnya memengaruhi perkembangan pemikiran barat setelahnya.
Ada tiga pandangan utama dari Georg Wilhelm Friedrich Hegel terkait roh absolut. Bagi filsuf Jerman kelahiran 27 Agustus 1770 tersebut, roh yang absolut sudah barang tentu merupakan sintesis dari roh yang subjektif dan roh yang objektif. Di sinilah roh menjadi sempurna.
Baca Juga: Ajaran Ilmu Pengetahuan atau Wissenschaftslehre dari Filsafat Johann Gottlieb Fichte
![]() |
Georg Wilhelm Friedrich Hegel (britannica.com) |
Roh yang subjektif adalah roh fur sich atau roh yang kembali dari keadaan yang lain dari dirinya sendiri. Roh ini dianggap sebagai roh dengan tingkatan yang terendah. Melansir dari laman idsejarah.net, sebagai roh subjektif, roh mengenal dirinya dan merupakan tiga tingkatan, yakni antropologi, fenomologi, dan psikologi. Dalam antropologi, roh mengenal akan dirinya dalam penjelmaan pada alam. Dalam fenomenologi, roh mengenal akan dirinya dalam perbedaannya dengan alam. Adapun pada psikologi, roh mengenal akan dirinya dalam kemerdekaan terhadap alam yang mulanya teoritis, kemudian praktis, dan akhirnya merdekalah roh tersebut.
Setelah roh subjektif, maka meningkatlah kepada roh objektif. Roh objektif ini merupakan roh mutlak yang menjelma pada bentuk-bentuk kemasyarakatan manusia, hak, dan hukum kesusilaan serta kebajikan. Dalam hak dan hukum terdapat penjelmaan roh merdeka itu pada hukum-hukum umum. Di samping itu, terdapat kesusilaan yang merupakan kebatinan. Pada sintesis keduanya lahirlah kebajikan. Roh yang objektif adalah roh an sich atau keadaan dalam dirinya secara penuh.
Baca Juga: Pengertian, Sasaran, Arah dan Perkembangan, serta Ahli-Ahli Pikir yang Menonjol pada Zaman Renaissance
Sampailah kepada roh absolut. Roh yang absolut adalah roh an und fur sich atau roh yang berada dalam dirinya sendiri dan bagi dirinya. Roh absolut adalah roh yang telah kembali dari ‘keadaan yang lain dari dirinya sendiri’ kepada ‘keadaan dalam dirinya secara penuh’. Roh ini ialah idea yang mengenal dirinya dengan sempurna, yang merupakan sintesis dari roh subjektif dan objektif. Tidak ada lagi pertentangan antara subjek dan objek antara berpikir dan ada. Roh absolut sebenarnya menunjukkan perkembangan, yaitu seni (tesis), agama (antitesis), dan filsafat (sintesis). Pada seni diperlihatkan idea dalam pandangan indra terhadap dunia dengan objeknya masih di luar subjek. Adapun agama tidak lagi mempunyai subjek di luar objek, melainkan di dalamnya. Akan tetapi, segala pengertian dan gambaran agama itu dianggap ada. Filsafat akhirnya merupakan sintesis dari seni dan agama sebagai paduan yang lebih tinggi. Di sinilah idea mengenal dirinya dengan sempurna.
Referensi:
- Mulyono dan Slamet Subeki. (2019). Sejarah Pemikiran Modern. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
- Rahmad Ardiansyah. (2015). Gerak Sejarah Menurut Hegel, https://idsejarah.net/2015/09/gerak-sejarah-menurut-hege.html, diakses pada5 Juli 2023.