Johann Gottlieb Fichte terkenal dengan karyanya dalam pemikiran filsafat berjudul "Grundlegung Gesamten Wissenschafslehre" atau Ajaran tentang Ilmu Pengetahuan. Pada mulanya, Fichte sependapat dengan Immanuel Kant yang berpandangan bahwa semua ilmu pengetahuan membahas salah satu objek tertentu, sedangkan filsafat memandang ilmu pengetahuan itu sendiri, yang kemudian disebut filsafat adalah pengetahuan yang mendasari semua ilmu pengetahuan. Namun, Fichte kemudian meninggalkan dualisme dalam filsafat Kant, yaitu antara rasio teoritis dan rasio praktis serta antara noumena dan fenomena.
Fichte tidak menerima adanya pemisahan antara rasio teoritis dan rasio praktis. Jika benar bahwa rasio adalah satu di dalam perbuatannya maka harus mungkin menurunkan kategori bermacam-macam itu dari satu sumber saja. Menurutnya, sumber yang satu itu adalah aktivitas 'aku' yang dapat diketemukan dengan jalan pemikiran kembali. Di dalam mencari kesatuan dari pengetahuan akal dasarnya adalah kebebasan yang dimulai dari 'aku' dan bersifat dinamis. Bagi Fichte, alam semesta atau benda-benda (diistilahkan 'bukan aku') merupakan hasil aktivitas 'aku absolut'.
Baca Juga: Menurut Pemikiran Empirisme, Satu-Satunya Sumber Pengetahuan Manusia adalah Pancaindra?
Dengan menggunakan metode dialetika, Fichte secara deduktif mencoba menurunkan dari 'aku' kepada adanya alam semesta atau benda-benda dengan dalil "karena aku berpikir maka benda-benda atau alam semesta (bukan aku) ada". Adapun penjabarannya secara dialektik diterangkan menjadi tiga poin, yakni:
Baca Juga: Pandangan Utama Georg Wilhelm Friedrich Hegel tentang Roh Absolut
![]() |
Johann Gottlieb Fichte (college.columbia.edu) |
Fichte tidak menerima adanya pemisahan antara rasio teoritis dan rasio praktis. Jika benar bahwa rasio adalah satu di dalam perbuatannya maka harus mungkin menurunkan kategori bermacam-macam itu dari satu sumber saja. Menurutnya, sumber yang satu itu adalah aktivitas 'aku' yang dapat diketemukan dengan jalan pemikiran kembali. Di dalam mencari kesatuan dari pengetahuan akal dasarnya adalah kebebasan yang dimulai dari 'aku' dan bersifat dinamis. Bagi Fichte, alam semesta atau benda-benda (diistilahkan 'bukan aku') merupakan hasil aktivitas 'aku absolut'.
Baca Juga: Menurut Pemikiran Empirisme, Satu-Satunya Sumber Pengetahuan Manusia adalah Pancaindra?
Dengan menggunakan metode dialetika, Fichte secara deduktif mencoba menurunkan dari 'aku' kepada adanya alam semesta atau benda-benda dengan dalil "karena aku berpikir maka benda-benda atau alam semesta (bukan aku) ada". Adapun penjabarannya secara dialektik diterangkan menjadi tiga poin, yakni:
- 'Aku' mengiakan dirinya sendiri atau 'aku' meneguhkan bahwa ia ada. Namun, peneguhan akan adanya diri sendiri baru mungkin jika 'aku' juga membedakan dirinya dengan yang 'bukan aku' (alam semesta atau benda-benda) yang membatasi 'aku' tadi. Pernyataan pertama ini sebagai tesis; 'aku' mengarah ada dirinya sendiri;
- Dengan meneguhkan adanya diri sendiri maka 'aku' berarti juga meneguhkan adanya 'bukan aku'. Pernyataan kedua ini sebagai anti tesis; 'aku mengarah pada 'bukan aku';
- Sebagai sintesisnya dapat dinyatakan bahwa 'aku' dalam kesadarannya berhadapan muka dengan 'bukan aku' (alam semesta atau benda-benda).
Baca Juga: Pandangan Utama Georg Wilhelm Friedrich Hegel tentang Roh Absolut
Referensi:
Mulyono dan Slamet Subekti. (2019). Sejarah Pemikiran Modern. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Mulyono dan Slamet Subekti. (2019). Sejarah Pemikiran Modern. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.